INFO ISLAM & ILMIAH

Assalamualaikum w.b.t, kepada saudara-saudari sekalian yang mengikuti blog ini, saya muatkan, nota-nota dan ebook ilmu-ilmu Islam dan pautan website ilmiah yang hebat untuk dikongsikan bersama. Pelbagai panduan dan ilmu yang bermanfaat boleh kita perolehi di sini.

Sesungguhnya saudara saudari sekalian, manusia yang ditinggikan darjatnya di sisi Allah s.w.t ialah manusia yang beriman dan mempunyai ilmu agama yang bermanfaat dan yang mengamalkan ilmunya untuk beribadah kepada Maha Penciptanya dengan penuh ketaqwaan serta beristiqomah.


Semoga kita semua mendapat manfaat, petunjuk dan keberkatan daripada Allah s.w.t atas usaha kita ini untuk menambahkan ilmu pengetahuan kita di dunia sebagai bekalan ke akhirat kelak. Amin.


Wassalam.


KELEBIHAN ORANG BERILMU

Wednesday 23 November 2011

BERSABARLAH

Sabar

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah - buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang - orang yang sabar, (yaitu) orang - orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan : “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun” 
(QS Al-Baqarah: 155 - 156)

Sesungguhnya Allah menjadikan dunia bukan sebagai tempat pembalasan ( pahala atau siksa), bukan pula sebagai tempat memutuskan sesuatu perkara, akan tetapi Allah menjadikan dunia sebagai tempat untuk membersihkan diri, tempat ujian dan cobaan. Peralihan dari satu waktu ke waktu adalah merupakan rangkaian cobaan hidup yang sambung menyambung. Lepas dari satu cobaan, muncul lagi cobaan hidup yang lain. Adanya cobaan bagi ahli iman mengandung tujuan dan hikmah yang banyak , di antaranya ialah:

1. Untuk membersihkan barisan mukminin dari mereka yang hanya mengaku-mengaku beriman.


Dalam keadaan damai dan tentram, yang baik dan yang buruk berbaur. Dengan adanya ujian akan tampak siapa yang ikhlas setia dan yang tidak, seperti terujinya emas murni dan emas imitasi melalui pembakaran. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak akan diuji lagi ? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang - orang yang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang - orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang - orang yang dusta”(QS Al Ankabut:2 - 3).


2.Mendidik kaum beriman dan menjernihkan hati mereka. Mereka akan menjadi matang melalui ujian, seperti matangnya makanan dengan api.


3.Meningkatkan kedudukan orang-orang beriman di sisi Allah SWT.


Dengan ujian Allah meningkatkan derajat mereka, melipatgandakan pahala mereka, dan menghapus dosa - dosanya. Tiap manusia tidak luput dari dosa karena mereka bukan malaikat yang suci. Tidak ada orang yang maksum dari dosa kecuali para Nabi. Karunia rahmat Allah SWT bagi manusia sehingga mereka diuji untuk menghapus dosa - dosa mereka yang terbukti bersabar dan berjuang karena Allah semata. Sabda Rasulullaah SAW: “Tidaklah seorang muslim menderita karena kesedihan, kedudukan, kesusahan , kepayahan, penyakit dan gangguan duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah mengampuni dosa - dosanya.”
Untuk mengatasi segala ujian dan cobaan ini, tatkala mendekati usia balig manusia diberi dua kekuatan oleh Allah SWT. Kekuatan pertama ialah kekuatan hidayah untuk mengetahui kebenaran-kebenaran secara tepat dan akurat, sedangkan kekuatan kedua adalah sabar. Kekuatan kedua merupakan pelengkap bagi kekuatan pertama yang akan membantu dan menopangnya dalam menghadapi perang melawan hawa nafsu dan godaan syaitan.
Dikatakan bahwa sabar adalah perilaku utama yang dengannya orang tercegah dari berbuat hal - hal yang buruk dan tidak baik. Ia merupakan suatu kekuatan jiwa yang dengannya segala perkara menjadi maslahat dan baik. Arti sabar menurut bahasa ialah ‘mencegah’ dan ‘menahan’, sedangkan lawannya ialah ‘keluh kesah’ dan ‘gelisah’. Sabar merupakan pegangan seorang mukmin dalam gerak langkahnya. Sabar yang terpuji dalam Al-Qur’an ialah karena Allah dan bukan untuk memperoleh pujian atau tanda jasa dari manusia. “Dan untuk Rabbmu hendaklah kamu bersabar” (QS Al Muddatsir: 7)
Sabar terbagi menjadi 3  bagian:


1. Sabar terhadap perintah, dengan jalan menaatinya.


Sabar dalam ketaatan berarti sabar terhadap tugas yang berat. Seorang yang taat dan patuh membutuhkan sabar dalam tiga hal. 

Pertama, sabar sebelum ketaatan, yaitu dengan mengikhlas-kan niat, dalam melawan bayang - bayang riya 
dan penyimpangan lainnya. Membulatkan tekad untuk jujur dan menepati janji ini berat bagi orang yang mengerti hakekat niat, ikhlas dan keburukan riya. 

Kedua, sabar pada saat bekerja, agar tidak melalaikan Allah dan tidak malas untuk menepati pelaksanaan peraturan dan hukum Allah. Selalu sabar melawan kelemahan, kekesalan dan kejenuhan. Ini juga merupakan sabar yang berat. 

Ketiga, setelah selesai pekerjaan dibutuhkan kesabaran dengan tidak merasa bangga dan menepuk dada karena riya dan mencari popularitas, sehingga mengakibatkan hilangnya keikhlasan.


2.  Sabar terhadap larangan dan kemungkaran dengan jalan menjauhinya


3.  Sabar menghadapi taqdir, dengan cara tidak berkeluh kesah.


Sabar juga terbagi dua, sabar yang diusahakan  (ikhtiyari)  dan sabar yang dipaksakan (idhthirari). Sabar ikhtiyari lebih utama daripada sabar idhtirari, karena sabar idhthirari bisa dimiliki oleh semua manusia dan terdapat pada orang yang tidak ada padanya sabar ikhtiari. Sabarnya Nabi Yusuf as dalam menghadapi goadaan istri al-‘Aziz lebih utama dari kesabarannya atas kejahatan dan tipu muslihat saudara-saudaranya yang melem-parkannya ke dalam sumur.
Orang tidak boleh merasa cukup dengan satu jenis kesa-baran saja, karena ia hidup di antara perintah-perintah yang harus ia kerjakan dan larangan - larangan yang mesti ia tinggalkan, sebagaimana ia juga senantiasa berada di antara ketentuan- ketentuan taqdir yang harus ia terima, dan nikmat yang wajib ia syukuri. Ia tidak pernah lepas dari keadaan - keadaan seperti itu. Maka kesabaran tersebut harus senantiasa ia miliki sampai mati. Kesabaran merupakan suatu hal yang sulit dan harus diusahakan dengan susah payah oleh manusia.Al-Qur’an mengisya-ratkan beberapa faktor yang menunjang terlaksananya dan meringankan manusia, antara lain:

1.Memahami arti kehidupan yang sebenarnya.


Kehidupan dunia bukanlah surga kebahagiaan atau tempat tinggal abadi, tetapi medan pelaksanaan tugas dan menempuh ujian dan cobaan. Al Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan dunia penuh kesulitan dan kepayahan. 


Firman Allah: “Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam susah payah.” (QS Al Balad: 4) 
Allah SWT menciptakan kehidupan dunia ini bercampur antara kesenangan dan kesusahan, antara kenikmatan dan penderitaan, antara hal - hal yang disenangi dan yang dibenci. Tidak akan ada suka tanpa duka, atau kesehatan tubuh tanpa penyakit, atau istirahat penuh tanpa lelah, atau pertemuan tanpa perpisahan, atau keamanan tanpa ketakutan.



2.Menyadari bahwa sesungguhnya manusia adalah milik Allah.


Allah SWT telah menciptakan manusia dari tiada. Jika ditarik kembali sebagian yang dimiliki manusia maka sudah seharusnya dia tidak marah kepada pemberinya dan pemiliknya. Firman Allah: “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa kemudharatan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan:” (QS An Nahl : 53)


3.Yakin akan adanya pahala yang baik di sisi Allah


Tidak ada dalam Al Qur’an janji pahala dan ganjaran yang lebih besar daripada pahala sabar. Firman Allah SWT: “Dan orang - orang  yang beriman dan mengerjakan amal - amal yang sholeh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat yang tinggi dalam syurga, yang mengalir sungai - sungai di bawahnya, itulah sebaik - baik pembalasan bagi orang - orang yang beramal, (yaitu) yang sabar dan bertawakkal kepada Rabbnya.”(QS Al Ankabut: 58 - 59)


4.Beriman kepada taqdir dan sunatullah


Apa yang menimpa diri seseorang bukanlah suatu kesalahan atau kekeliruan atau terjadi secara kebetulan. Semua yang sudah ditentukan taqdir-Nya tidak mungkin salah atau meleset. Taqdir Allah merupakan suatu kepastian baik manusia itu rela menerimanya ataupun marah -marah, baik dengan sabar ataupun dengan gelisah. Orang yang berakal harus sabar dan rela agar tidak kehilangan pahala. Kalau tidak sabar dengan rela maka sabar terpaksa yang dilakukannya tidak ada nilainya baik dari segi dien ataupun dari segi moral. 
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan - Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”.” (Al Hadiid: 22 - 23)


5.Yakin akan terbebas dari musibah


Keyakinan akan datangnya kemenangan dari Allah bagi orang - orang beriman sebagai ganti ujian dan cobaan yang dialaminya akan menghilangkan kegelisahan batin, menghapus rasa putus asa, memerangi jiwa dengan sinar harapan dan percaya akan hari esok yang lebih cerah. Optimisme atau harapan adalah penggerak yang kuat, sedangkan rasa putus asa merupakan penyakit berbahaya bahkan dapat mematikan. Tak lupa pula memohon pertolongan kepada Allah SWT, berlindung kepada-Nya, berkeyakinan bahwa dia dalam perlindungan, pembelaan dan pemeliharaan Allah SWT, maka dia tidak akan teraniaya. Firman Allah SWT:“Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang - orang yang sabar.” (Al Anfaal:46)


6.Meneladani  orang - orang yang sabar dan memiliki kebulatan tekad


Merenungi dengan seksama perjalanan hidup orang - orang yang sabar, khususnya para nabi dan rasul pembawa risalah Allah dan orang - orang pilihan kesayangan Allah,  dapat menopang kesabaran. Ayat - ayat yang turun di Mekkah banyak meriwayatkan perjuangan para nabi. Bahkan diulang - ulang dalam beberapa surat sebagai pelipur dan penghibur bagi Muhammad SAW dan kaum beriman. Juga sebagai penguat batin dalam menghadapi musuh -musuh da’wah yang kuat perlawanannya dan banyak jumlahnya. “Dan semua kisah dari rasul - rasul Kami ceritakan kepadamu ialah kisah -kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang - orang yang beriman.” (Huud: 120).“Mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami dan kami sungguh - sungguh akan bersabar terhadap gangguan - gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang - orang yang bertawakal itu berserah diri” (Ibrahim: 12)

Ringkasan dari “Shabar : salah satu prinsip gerakan dakwah” oleh  Yusuf Qordhowi

Wednesday 9 November 2011

ISTIDRAJ

APA ITU ISTIDRAJ
Di dalam mengharungi kehidupan sebagai seorang manusia lebih-lebih lagi manusia muslim, Allah SWT akan menguji kita dengan pelbagai bentuk ujian. Secara mudahnya ujian Allah SWT ke atas manusia ada dua bentuk. Yang pertama dalam bentuk nikmat dan yang kedua dalam bentuk bala.
Contoh ujian Allah SWT dalam bentuk nikmat antara lain ialah pangkat, kedudukan, kuasa, kekayaan, kemewahan, sihat tubuh badan, tidak pernah sakit dan banyak lagi. Manakala ujian Allah SWT dalam bentuk bala antara lain ialah tiada pangkat dan kedudukan, tidak memiliki kuasa, kemiskinan, kemelaratan hidup, sakit, kematian ahli keluarga terdekat dan banyak lagi. Kebanyakan manusia muslim dan mukmin mampu mengharungi ujian Allah SWT dalam bentuk bala ini. Malangnya ramai manusia termasuk yang muslim tetapi tidak mukmin gagal mengharungi ujian Allah SWT dalam bentuk nikmat.
Ramai manusia yang hanyut dengan nikmat Allah SWT dan tidak sedikit pula yang menjadi riak, sombong, angkuh, takbur dan ada yang mengaku menjadi tuhan dengan nikmat yang Allah SWT berikan kepada mereka. Contoh klasik yang patut di fikirkan tentang jenis manusia yang mendapat nikmat tetapi lupa kepada Allah SWT ialah Firaun, Qarun, Namrud dan banyak lagi. Mereka ini semuanya ditimpa dengan bala bencana dan kemudiannya dimusnahkan oleh Allah SWT. Tidakkah terfikir oleh kita kenapa sesudah diberikan dengan pelbagai nikmat, Allah SWT musnahkan pula mereka dan segala nikmat yang telah mereka perolehi.
Perkara inilah yang dinamakan istidraj. Pemberian nikmat oleh Allah SWT kepada manusia yang mana pemberian itu tidak diredhaiNya. Kenapa pula terjadi beri tetapi tidak redha. Inilah satu kaedah Allah SWT berurusan dengan manusia yang tidak tahu bersyukur dan ingkar dengan perintahnya. Pelbagai nikmat telah diberikan tetapi manusia tidak beriman dan bersyukur sebaliknya menjadi betambah angkuh, sombong, bongkak , takabur dan kafir terhadap Allah SWT. Dalam hal ini tidak hairanlah jika Allah SWT beri tetapi tidak meredhainya.
Rasulullah SAW pernah bersabda yang bermaksud: “Apabila kamu melihat bahawa Allah SWT memberikan nikmat kepada hambaNya yang selalu membuat maksiat (dosa) ketahuilah bahawa orang itu telah diistidrajkan oleh Allah SWT”. (Diriwayatkan oleh: At-Tabrani, Ahmad danAl-Baihaqi)
Agak malang bagi manusia yang melakukan dosa dan maksiat ini kerana terkeliru dengan pemikirannya yang merasakan bahawa nikmat yang melimpah ruah itu tadi sebagai tanda Allah SWT bersama dan meredhai perbuatannya. Mereka dilalaikan oleh syaitan dengan nikmat itu tadi sehingga tidak terfikir bahawa nikmat yang banyak inilah yang bakal memusnahkan hidup mereka.
Sebenarnya manusia yang telah diistidraj adalah jenis manusia yang lupa daratan. Walaupun berbuat dosa dan maksiat masih merasakan Allah SWT amat menyayanginya. Mereka memandang hina kepada orang yang kuat beramal soleh. “Dia tu siang malam ke masjid tetapi basikalpun tak mampu beli, sedangkan aku ke kelab malam pun dengan kereta mewah. Tak payah beribadat pun rezeki datang mencurah-curah. Kalau dia tu sikit ibadatnya tentu boleh kaya macam aku, katanya sombong”. Sebenarnya nikmat yang banyak Allah SWT berikan kepadanya adalah bertujuan untuk menghancurkannya.
Rasulullah SAW bersabda: Apabila Allah SWT menghendaki untuk membinasakan semut, maka Allah SWT terbangkan semut itu dengan dua sayapnya” Sebagai contoh perbandingan daripada hadis ini ialah bangaimana Allah SWT memusnahkan anai-anai. Anai-anai, jika tidak bersayap akan duduk diam di dalam busut, atau merayap di dalam kayu, atau di bawah batu dan di celah-celah timbunan daun kering. Bila Allah SWT berikan sayap anai-anai berubah menjadi kelkatu. Timbul sifat sombongnya bila mendapt sayap (nikmat) lalu cuba melawan api atau cahaya. Maka anai-anai tadi akan binasa dan mati. Begitu juga dengan manusia, bila dapat nikmat (kekayaan, kemewahan, pangkat, kedudukan, kuasa dan sebagainya) akan cuba melawan Allah SWT dengan cara tidak beriman dan tidak bersyukur kepadaNya. Maka manusia itu tadi dibinasakan oleh Allah SWT dengan pebagai cara dan mati.
Sebagai buktinya ialah Firaun. Tidak ada orang yang memiliki kuasa dan kedudukan yang hebat dan luar biasa melainkan Firaun. Nikmat yang Allah SWT berikan kepadanya tidak terkira. Kuasanya tiada tandingan, semua orang tuduk dan patuh kepada kehendaknya, kekayaannya melimpah ruah, tidak pernah sakit, bersin pun tak pernah kerana Allah SWT berikan nikmat sihat yang luar biasa kepadanya. Allah SWT berikan semua ini kerana Allah SWT telah menistidrajkan Firaun. Firaun menjadi angkuh, sombong, bongkak dan takbur sehingga peringkat mengaku dirinya tuhan. Dalam hidupnya dia tidak pernah bersyukur. Dia melawan Allah SWT tanpa henti. Akhirnya dengan nikmat itulah Allah SWT binasakannya.
Firaun sudah binasa. Hanya tinggal sebagai bahan sejarah untuk renungan umat yang terkemudian iaitu kita di hari ini. Walaupun Firaun sudah tiada, orang yang memiliki sifat dan perangai sepertinya masih ramai di bumi Allah ini. Orang seperti ini juga pasti binasa kerana telah diistidrajkan oleh Allah SWT. Hanya menunggu saat dan ketikanya sahaja. Contoh klasik daripada kejadian kemusnahan yang menimpa Firaun ini patut dijadikan sebagai iktibar dan teladan oleh mereka yang memiliki sifat dan perangai sepertinya.
Namrud yang kuat menyembah patung dan sangat berkuasa cuba untuk membakar Nabi Ibrahim AS. Oleh kerana terlalu berkuasanya Namrud menjadikan dia begitu marah dengan sesiapa sahaja yang menentang kekuasaannya. Kekuasan yang tiada tolok banding yang Allah SWT berikan kepada Namrud juga satu bentuk istidraj. Dia begitu sombong dan melawan Allah SWT yang telah menciptakannya. Akhirnya Allah SWT binasakan dengan menghantar tenteranya dalam bentuk nyamuk sahaja. Namrud dan pengikutnya dibinasakan. Salah seekor nyamuk memasuki lubang hidungnya dan Namrud pun binasa. Amat mudah bagi Allah SWT memusnahkan sesiapa yang dikehendakiNya.
Tidak ada manusia di muka bumi Allah SWT ini sekaya Qarun. Anak kunci gudang hartanya sahaja kena dipikul oleh 40 ekor unta. Bayangkanlah!. Itu baru anak kunci gudang hartanya. Hartanya bagaimana?. Hanya Allah SWT yang tahu betapa kayanya manusian bernama Qarun ini. Ini pun istidraj juga namanya. Qarun sangat kaya tetapi sangat kuat melawan Allah SWT. Dia tidak pernah sujud dan bersyukur kepada Allah SWT. Akhirnya Allah SWT binasakannya dengan ditengelamkan bersama-sama hartanya.
Jika kita fikir secara halus dan terperinci, maka terjawablah segala keraguan yang menggangu fikiran kita. Mengapa orang kafir sangat berkuasa dan kaya, orang yang berbuat dosa dan maksiat sangat berkuasa dan kaya, Amerika dan Israel sangat hebat, berkuasa dan kaya. Jawapannya mereka telah diistidrajkan oleh Allah SWT. Segala bentuk nikmat yang Allah SWT berikan kepada mereka tidak dengan keredhaanNya dan bertujuan untuk menghancurkannya. Hanya masa dan ketika sahaja untuk melihat mereka ditimpa kemusnahan seperti umat yang terdahulu. Yakin dan percayalah bahawa Allah SWT itu lebih mengetahui segala sebab musabab sesuatu itu dijadikanNya.
Sebagai kesimpulannya, apabila kita benar-benar memahami maksud istidraj sudah pasti tidak berlaku salah persepksi terhadap istilah istidraj ini. Tidak semestinya orang yang berpangkat, berkuasa, memiliki kekayaan, kemewahan, sihat dan tidak pernah sakit kita katakkan orang ini telah diistidrajkan oleh Allah SWT. Dengan pelbagai nikmat yang mereka perolehi kemudian mengabdikan diri kepada Allah dengan cara bersyukur dan melakukan suruhan serta meninggalkan laranganNya maka orang ini tidaklah diistidrajkan. Inilah sebaik-baik cara apabila kita memperolehi apa sahaja nikmat daripada Allah SWT. Sepatutnya semakin banyak nikmat yang diperolehi semakin rapat dan dekat jiwa kita terhadap Allah SWT. Semakin banyak nikmat yang diperolehi sepatutnya semakin kuat bersyukur dan mencari keredhaanNya serta mengabdikan diri kepadaNya. Orang yang mendapat nikmat dan berbuat seperti ini pasti akan selamat di dunia dan di akhirat.
Sekadar Peringatan & Renungan Untuk Kita Semua...
Wassalam.

KOMEN ANDA